|
| Hukum membunuh diri | |
| | Pengirim | Message |
---|
MUHAMMAD SAIFULLAH
Jumlah posting : 140 Registration date : 18.11.06
| Subyek: Hukum membunuh diri Thu Nov 27, 2008 7:31 am | |
| Gejala Bunuh Diri Di Kalangan Muslim Sudah tiga hari berturut-turu akhbar sinar harian menyiarkan berita cubaan bunuh diri di kalangan masyarakat muslim malaysia di mana 2 berjaya diselamatkan manakala seorang lagi gagal diselamatkan. 2 kes yang berjaya diselamatkan melibatkan dua wanita di negeri Terengganu manakala yang tidak dapat diselamatkan pula seorang lelaki di Johor. Ironinya sebab untuk bunuh diri dalam salah satu kes di atas amat remeh, seorang anak gadis kecewa sebab dimarahi teman lelaki lalu terus naik bangunan 10 tingkat untuk cuba bunuh diri. itu di antara kes-kes yang dilaporkan di media utama, belum lagi melibatkan kes-kes terpencil yang tidak dapat diliputi oleh media. Melihat dari kes ini dapat dibuat satu pandangan umum bahawa tahap keimanan di kalangan sesetengah anggota masyarakat Muslim terlalu lemah dan rapuh sehinggakan alasan dan sebab yang remeh di jadikan sebab untuk menderhaka kepada Allah S.W.T. Mungkin pada pandangan mata kasar masyarakat Muslim hari ini dilihat telah maju, moden dan berpendidikan tinggi namun hakikat sebenarnya pengisian rohani amat kosong dan lemah. Semakin maju ke depan, semakin lemah pula iman dan keyakinan kepada Allah S.W.T, itu sebab wujudnya banyak intelek-intelek Muslim yang sudah pandai mempertikaikan hukum hakam yang telah ditetapkan oleh Allah S.W.T dengan pelbagai alasan dan justifikasi logik akal fikiran semata-mata, sedangkan mereka sedar akal fikiran yang mereka gunakan itu juga sebenarnya di kurniakan oleh Allah S.W.T untuk mereka berfikir mencari kebenaran, bukan menambah kefasikan. Dan yang lebih menyedihkan lagi golongan intelek sebeginilah yang menyebarkan pula pandangan dan fahaman mereka kepada masyarakat umum dan ditambahkan pula faktor jaringan atau ‘networking’ dengan pengamal media arus perdana semasa. Tegahan Dan Larangan Bunuh Diri Dalam Islam sudah jelas mengenai larangan dan tegahan bunuh diri: 1. firman Allah: Dan janganlah kamu menjatuhkan diri kamu sendiri ke dalam kebinasaan (al-Baqarah, 2:195); 2. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya Allah amat Penyayang kepada kamu (al-Nisa’, 4:29); 3. Di dalam Sunnah Rasulullah s.a.w. kita menemui Hadis-hadis berikut: 1. baginda bersabda: Sesiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia ini, maka dia akan diazabkan dengannya pada hari kiamat nanti (riwayat Muslim, 1:104; al-Darimi, 2:112 dan Ahmad, 4:33,34); dan 2. sabdanya lagi: Sesiapa yang menjatuhkan dirinya dari puncak bukit kerana membunuh diri, maka dia akan berulangkali jatuh ke dalam api neraka selama-lamanya, sesiapa yang meneguk racun kerana membunuh dirinya, maka racun itu akan berada di tangannya dan dia akan meneguknya berulangkali di dalam neraka selama-lamanya, sesiapa yang membunuh dirinya dengan menggunakan besi, maka besi itu akan berada di tangannya dan dia akan memukul kepalanya dangan besi itu berulangkali di dalam neraka selama-lamanya (riwayat Muslim, 1:104; al-Darimi, 2:112 dan Ahmad, 4:33,34). Berdasarkan kepada nas-nas tersebut, kita dapat membuat beberapa kesimpulan berkaitan dengan kedudukan nyawa dan sejauh mana manusia itu mempunyai hak terhadapnya: 1. Nyawa adalah milik Allah. Dialah yang menghidup atau mematikan seseorang, bukannya orang itu sendiri yang menentukan hidup matinya; 2. Membunuh diri merupakan perbuatan terkutuk yang amat dilarang Allah biarpun di dalam suasana yang lain kadang-kadang kita diwajibkan berkorban hinggakan kepada mengorbankan nyawa sendiri, tetapi ini tidaklah dikira sebagai membunuh diri kerana ada sebab-sebab lain yang lebih besar mengharuskannya, malah kadang-kadang pula diwajibkan kita berkorban seperti berjihad kerana mempertahankan agama, negara dan kehormatan diri dari serangan musuh dan sebagainya; dan 3. Orang yang membunuh diri akan diazabkan Allah di hari akhirat nanti, dan tidak ada sesiapapun akan terlepas dari azabNya. Issh, tengok ayat “dia akan berulangkali jatuh ke dalam api neraka selama-lamanya” daripada sabda Nabi Muhammad S.A.W tu. Ayat selama-lamanya tu bermaksud kekal, dan tidak akan berubah dan tiada noktah. Alangkan ruginya mereka menderhakai sifat maha Pengasih dan maha Penyayang Allah S.W.T. http://bolehblog.malayaonline.com/?p=526 | |
| | | MUHAMMAD SAIFULLAH
Jumlah posting : 140 Registration date : 18.11.06
| Subyek: Re: Hukum membunuh diri Thu Nov 27, 2008 7:33 am | |
| Hukum Menyolati Jenazah Yang Mati Bunuh DiriTanya : Ustadz bagaimana hukum menyolati jenazah seseorang yang mati bunuh diri? (Danuz, Bantul). Jawab : Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyalati jenazah orang-orang fasik (al-fussaaq), seperti orang yang tidak shalat dan tidak berzakat (namun masih meyakini akan kewajibannya), orang pezina, peminum khamr, termasuk juga yang bunuh diri. Sebagian ulama seperti Umar bin Abdul Aziz dan al-Auza’i berpendapat bahwa jenazah orang fasik tidaklah dishalati. Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya menyetujui pendapat itu khusus untuk orang yang memberontak (al-baaghi) dan orang pembegal (al-muharib). Dalam salah satu riwayatnya, Imam Syafi’i sepakat dengan pendapat itu khusus untuk para pembegal (qathi’uth tahriq). Sementara di sisi lain, Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, dan jumhur ulama berpendapat bahwa jenazah orang fasik tetap wajib dishalati. (Imam Syaukani, Nailul Authar, [Beirut : Dar Ibn Hazm], 2000. hal. 746; Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, I/191-192; Imam Shan’ani, Subulus Salam, II/99). Menurut pentarjihan kami, pendapat jumhur ulama ini lebih kuat (rajih) dikarenakan dalilnya lebih kuat. Jadi, jenazah orang-orang fasik (al-fussaaq) tetap wajib hukumnya dishalati. Sebab mereka adalah muslim, bukan kafir. Maka menyalati mereka hukumnya tetap wajib secara fardhu kifayah (Imam Syirazi, Al-Muhadzdzab, I/135). Dalilnya antara lain sabda Nabi SAW, “Shalatlah kamu di belakang siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan shalatilah oleh kamu siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallah.” (shallu khalfa man qaala laa ilaaha illallah wa shallu ‘ala man qaala laa ilaaha illallah) (HR Ad-Daruquthni dan Ath-Thabrani) (Lihat Imam Syaukani, Nailul Authar,. hal. 597, Bab Maa Ja`a fi Imamah al-Fasiq). Imam Syaukani berkata,”Shalat jenazah atas orang fasik telah ditunjukkan oleh hadits shallu ‘ala man qaala laa ilaaha illallah sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya pada bab Maa Ja`a fi Imamah al-Fasiq sebagai salah satu bab mengenai shalat jamaah.” (Imam Syaukani, Nailul Authar, hal. 746). Adapun bagi para pemimpin atau tokoh masyarakat (al-fudhalaa`), seperti imam (khalifah) atau para ulama (ahlul ‘ilmi wa ad-diin), maka boleh tidak menyalati jenazah orang-orang fasik itu, sebagai hukuman (‘uqubah) dan pelajaran (ta`diib) atas jenazah yang bersangkutan, sekaligus sebagai celaan/kecaman (zajran) agar orang banyak tidak menirunya. (Imam Shan’ani, Subulus Salam, II/99; Nashiruddin Al-Albani, Ahkamul Jana`iz, [Riyadh : Maktabah al-Maarif], 1992, hal. 108-109) Dalilnya antara lain hadits dari Zaid bin Khalid al-Juhaniy RA, bahwa seorang laki-laki dari kaum muslimin meninggal dunia di Khaibar dan hal itu telah diberitahukan kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW berkata,”Shalatilah teman kamu itu!” Maka berubahlah wajah orang-orang karena perkataan Rasuluillah itu. Maka tatkala Rasulullah melihat keadaan mereka itu, berkatalah Rasululah,”Sesungguhnya temanmu itu telah mengambil harta secara curang di jalan Allah.” Maka kami pun memeriksa harta laki-laki tadi dan kami dapati ada sebuah untaian mutiara (kharaz) milik kaum Yahudi senilai dua dirham.” (HR Khamsah, kecuali Tirmidzi) (Lihat Imam Syaukani, Nailul Authar, hal. 746). Dalil lainnya adalah hadits Jabir bin Samurah RA, bahwa seorang laki-laki telah membunuh dirinya sendiri dengan tombak maka Nabi SAW tidak menyalatinya.” (HR Muslim) (Imam Sha’ani, Subulus Salam, II/99). Imam Tirmidzi mengomentari hadits Jabir bin Samurah di atas (atau yang semakna dengannya) dengan mengatakan,”…Para ulama (ahlul ‘ilmi) telah berbeda pendapat dalam masalah ini. Sebagian mereka berkata,’Dishalati setiap siapa saja yang shalat menghadap kiblat, juga setiap orang yang bunuh diri. Inilah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan Ishaq. Ahmad berkata,’Imam [khalifah] tidak menyalati orang yang bunuh diri, sedangkan selain imam menyalatinya.” (Nashiruddin Al-Albani, Ahkamul Jana`iz, hal. 110). Dari seluruh uraian di atas, jelaslah bahwa jenazah orang yang bunuh diri tetap wajib dishalati oleh kaum muslimin. Hanya saja bagi para pemimpin dan pemuka masyarakat, sebaiknya tidak menyalatinya, sebagai celaan kepada jenazah yang bersangkutan dan agar orang banyak tidak melakukan dosa yang serupa. Wallahu a’lam bish-shawab [ ] Yogyakarta, 3 September 2007 Muhammad Shiddiq Al-Jawi http://taghyr.wordpress.com/2008/06/15/hukum-menyolati-jenazah-yang-mati-bunuh-diri/ | |
| | | MUHAMMAD SAIFULLAH
Jumlah posting : 140 Registration date : 18.11.06
| Subyek: Re: Hukum membunuh diri Thu Nov 27, 2008 7:35 am | |
| Bunuh diri: Adakah kesalahan jenayah? Bunuh diri: Adakah kesalahan jenayah? Oleh: A. HALIM SIDEK DIANGGARKAN sebanyak 2,000 orang membunuh diri setiap tahun seperti yang pernah diumumkan oleh Menteri Kesihatan, Datuk Dr. Chua Soi Lek tidak lama dulu. Antara lain punca seseorang itu membunuh diri adalah kemiskinan, kehilangan orang yang tersayang, keruntuhan dalam perhubungan seperti perceraian. Penyalahgunaan dadah, kegagalan akademik dan latar belakang keluarga juga menyumbang kepada tindakan nekad membunuh diri. Persoalannya adakah membunuh diri itu satu kesalahan jenayah? Bolehkah orang yang melakukannya dikenakan tindakan undang-undang? Suicide atau membunuh diri adalah suatu perbuatan di mana seseorang itu menamatkan hayatnya atau nyawa sendiri. Hal ini sememangnya ditegah oleh undang-undang kerana nyawa adalah kurniaan Tuhan dan tiada siapa pun boleh mengambilnya tanpa sebarang justifikasi. Lantaran itu apabila seorang pembunuh didapati bersalah dan dihukum bunuh, maka menamatkan nyawa pesalah itu tadi adalah satu tindakan yang ada justifikasi undang-undang. Sebaliknya orang yang mengamuk dan tanpa sebarang dalihan yang sah menembak mati sekumpulan pelajar adalah melakukan dengan tiada justifikasi dan boleh disabitkan dengan kesalahan membunuh. Kanun Keseksaan tidak memperuntukkan sebarang kesalahan bagi perbuatan membunuh diri tetapi hanya wujud kesalahan bagi perbuatan cubaan membunuh diri dan kesalahan membantu orang membunuh diri. Seksyen 309 Kanun Keseksaan menyebut; barang siapa cuba membunuh diri, dan melakukan sebarang perbuatan ke arah melaksanakan kesalahan itu, hendaklah dihukum penjara sehingga kepada tempoh satu tahun atau didenda atau kedua-duanya sekali. Lazimnya undang-undang hanya akan menghukum bagi kesalahan melakukan jenayah sepenuhnya. Lain pula dalam perkara membunuh diri ini. Jika seseorang yang melakukan perbuatan membunuh diri itu berjaya melaksanakan pembunuhan diri itu dan dia akhirnya mati, maka undang-undang tidak menjadikan itu suatu kesalahan. Lantaran itulah tiada terdapat sebarang peruntukan bagi menjadikan perbuatan membunuh diri sebagai suatu jenayah yang boleh didakwa di mahkamah keadilan di Malaysia. Dalam setiap jenayah ada peringkat perlakuan yang mana undang-undang boleh dibuat bagi mengenakan tanggungan jenayah. Dalam konteks membunuh diri jika telah sampai ke peringkat pelaksanaan dan orang itu berjaya, maka undang-undang masih tidak mewujudkan kesalahan bagi perbuatan itu. Ini memandangkan si pembuat itu telah pun menamatkan nyawanya sendiri. Akan tetapi, jika orang yang sama itu gagal melaksanakan apa yang telah dimulakan dan tidak mati maka dia boleh dikenakan hukuman di bawah Seksyen 309 Kanun Keseksaan bagi cubaan membunuh diri. Hal ini adalah kerana pihak yang mendraf undang-undang tidak mahu menggalakkan orang ramai mencabut nyawa mereka sendiri sewenang-wenangnya. Kebuntuan dan kepayahan dalam mengharungi kehidupan sebagaimana hebat sekalipun tidak patut diakhiri dengan keputusan untuk menamatkan hayat mereka. Bagaimanapun, jika dapat dibuktikan daripada keterangan fakta bahawa seseorang itu baru dalam peringkat membuat persiapan, maka dia tidaklah jatuh dalam Seksyen 309. Misalan I: Akong mahu membunuh diri, dia membeli sebilah pisau dan seutas tali. Dia menulis sepucuk surat dan meletakkannya di atas meja di rumahnya. Sedang Akong bersiap untuk melilitkan tali dan menggunakan pisau yang masih dalam bungkusan Kitam ternampak dan menegah. Ini baru peringkat persiapan dan masih belum sampai ke tahap percubaan. Misalan II: Akong telah membeli pisau dan tali. Selepas mengikat tali di tiang rumahnya dan juga telah memegang pisau yang baru dibeli itu. Semasa menikam dadanya pisau itu patah. Akong hanya terluka sedikit dan Kitam pun tiba untuk menyelamatkannya. Ini telah sampai peringkat percubaan. Ia adalah salah di bawah Seksyen 309. Manakala Seksyen 306 Kanun Keseksaan menyebut; Jika mana-mana orang membunuh diri, sesiap sahaja membantu (abets) perlakuan membunuh diri itu hendaklah dihukum penjara maksimum sepuluh tahun dan hendaklah dikenakan denda. Dalam kesalahan ini orang yang membunuh diri itu mungkin tidak berapa pasti mahu membunuh diri ataupun mungkin tidak berat mahu melakukannya tetapi si pembantu tadi telah datang dan memberi khidmat dalam apa cara sekalipun sama ada mempermudahkan atau mendorong atau menggalakkan. Ini jika mengakibatkan orang tadi membunuh diri maka si pembantu boleh dikenakan hukuman di bawah seksyen tersebut. Bagaimanapun, jika seseorang yang berumur di bawah 18 tahun dan tiada upaya untuk berfikir sendiri demi kebaikan, atau mana-mana orang yang mabuk telah membunuh diri ekoran daripada sumbangan pembantu tadi maka si pembantu tersebut boleh dihukum di bawah seksyen ini. Hukumannya adalah mati atau penjara tidak kurang dari 20 tahun dan juga denda. Hukuman berat ini memandangkan kategori orang dalam Seksyen 305 ini adalah orang yang bawah umur dan keadaan mental yang kurang upaya. Maka melakukan sesuatu sehingga orang itu menamatkan nyawanya adalah suatu perbuatan terkutuk dan tidak boleh dimaafkan. Sedangkan orang yang cukup sifat dan sihat tubuh badan adalah bertanggungjawab untuk melindungi orang yang lemah dan kurang upaya. Oleh itu, hukuman yang berat adalah dikenakan terhadap orang yang tidak berperikemanusiaan ini. - PENULIS adalah seorang pakar Undang-Undang Jenayah, Kriminologi dan Keadilan Jenayah dan kini berkhidmat sebagai Profesor Madya di Fakulti Undang-Undang, UiTM. http://malay.cari.com.my/archiver/?tid-278448.html | |
| | | MUHAMMAD SAIFULLAH
Jumlah posting : 140 Registration date : 18.11.06
| Subyek: Re: Hukum membunuh diri Thu Nov 27, 2008 7:38 am | |
| Kemahiran tangani tekanan cara berkesan atasi bunuh diri JIKA disorot kembali sejak awal tahun ini, masyarakat dikejutkan pelbagai kes bunuh diri dan cubaan membunuh diri. Apabila ada golongan profesional seperti doktor dan peguam yang mengambil keputusan untuk bunuh diri, ramai yang tidak dapat memahami kenapa jalan itu dipilih. Belum lagi dikira dengan kes terminum racun dan terjatuh bangunan. Pada 19 November, akhbar melaporkan cubaan membunuh diri seorang wanita berusia 38 tahun dari Kuala Terengganu yang cuba membakar diri dan bayinya berusia lapan bulan. Semuanya dikaitkan dengan tekanan dan konflik hidup sebagai puncanya. Jika orang dewasa yang matang tidak dapat mengawal perasaan, apatah lagi remaja dan kanak-kanak. Pada tarikh sama, seorang pelajar Tahun Enam ditemui mati tergantung dengan sehelai selimut dalam bilik di rumahnya di Pulau Pinang. Murid itu dikatakan kecewa dengan keputusan Ujian Pencapaian Sekolah Rendah (UPSR). Perunding Kanan Psikiatri dan Psikoterapi Fakulti Perubatan dan Sains Kesihatan, Universiti Putra Malaysia (UPM), Prof Dr Azhar Md Zain, berkata kes seperti ini berpunca daripada tekanan keterlaluan. “Tahap pendidikan seseorang tidak semestinya menjadi kayu ukur buat mereka menangani masalah atau tekanan. Malah, ia juga bukan perisai menentukan keupayaan mereka berhadapan dengan tekanan. “Sama ada berpendidikan, berkerjaya profesional atau tidak, tekanan yang tidak terkawal boleh membuatkan seseorang itu hilang kawalan pada akhirnya,” katanya. Bukan semua individu dapat menangani tekanan hidup dengan baik. Cara dan tahap seseorang menerima sesuatu tekanan adalah berbeza. Mungkin bagi individu A, masalah dihadapi individu B dianggap remeh, tetapi tidak bagi individu B. Begitulah juga sebaliknya. Kemampuan menangani tekanan bergantung kepada beberapa perkara iaitu personaliti seseorang, individu contoh seperti ibu bapa atau idolanya, ahli keluarga dan juga rakan sebaya. Azhar tidak menafikan gaya hidup masa kini mungkin menjadi punca tekanan, turut memberi contoh negara maju seperti Eropah dan Jepun mencatatkan kadar bunuh diri yang tinggi. Tekanan boleh muncul dalam pelbagai keadaan. Misalnya tekanan daripada ahli keluarga, di tempat kerja dan rakan serta persekitaran mendesak sehingga ada yang tidak sanggup berhadapan masalah. Ia bermula dengan perubahan tingkah laku yang biasanya membawa kepada kemurungan. “Ada banyak sebab bagi kemurungan, namun yang penting adalah cara menanganinya. Orang terdekat adalah individu bertanggungjawab untuk mengenalpasti faktor itu. “Satu caranya ialah melapangkan masa untuk menjadi pendengar yang baik. Individu yang pernah cuba membunuh diri biasanya memendam rasa. Besar kemungkinan dia akan kembali mencuba. Walaupun dirawat, mereka masih lagi memerlukan perhatian,” katanya. Selain itu, sekiranya mereka memiliki sistem sokongan yang kuat, terutamanya daripada ahli keluarga yang prihatin, masalah ini boleh diatasi. Mungkin ada yang malu mengakui mereka perlu mendapatkan rawatan kaunselor kerana bimbang dikategorikan sebagai pesakit mental, dipinggirkan keluarga dan masyarakat. Justeru, tahap stres akan meningkat dan daripada masalah kemurungan kecil ia bertambah besar hingga mereka mengambil tindakan yang boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Sebenarnya, bantuan awal boleh diberi kepada mana-mana individu yang dilihat memiliki ciri kemurungan. Antaranya ialah: # Adakah individu itu dapat melakukan tugas hariannya tanpa berasa tertekan; # Adakah individu itu mengalami masalah berat badan sama ada turun atau naik yang serius, atau perubahan tabiat tidur; # Adakah individu itu kehilangan kawan atau mendapat kawan baru yang memberi pengaruh kurang sihat; # Mengadu mengalami penyakit tidak berasas; # Tahap keyakinan diri turun mendadak; # Individu itu sering berasa letih; # Individu itu berasa tidak berguna kepada rakan, keluarga dan hidupnya; # Individu itu pernah berfikir hendak membunuh diri atau pernah cuba membunuh diri, # Individu itu tiba-tiba mula merokok, minum minuman keras atau mengambil dadah. Azhar turut menekankan pengisian rohani juga bekalan perlu untuk menguatkan jiwa seseorang individu mengikut kepercayaan agama dianuti. Program Pencegahan Bunuh Diri Kebangsaan diperkenalkan pada 2003 juga banyak membantu memberi kesedaran dan pengetahuan kepada masyarakat. Pencegahan adalah ubat paling mujarab bagi mengatasi kes bunuh diri serta cubaan bunuh diri. Namun, jika gagal, kes ini mungkin membawa kecacatan kekal yang akhirnya membuatkan mereka serta orang terdekat turut sama menderita. - Bernama http://intim.wordpress.com/2007/11/30/kemahiran-tangani-tekanan-cara-berkesan-atasi-bunuh-diri/ | |
| | | MUHAMMAD SAIFULLAH
Jumlah posting : 140 Registration date : 18.11.06
| Subyek: Re: Hukum membunuh diri Thu Nov 27, 2008 7:56 am | |
| DEMOKRASI EFEK TERHADAP PEREMPUAN DAN KAUM MUSLIMIN Pendahuluan Banyak orang terbius oleh demokrasi. Mereka terlena oleh janji-janji PALSU yang digembar-gemborkan oleh para pengusung demokrasi. Mereka mengira, sistem demokrasi akan membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih modern. Padahal sebenarnya tidak demikian. Demokrasi tidak bisa dilepaskan dari kebebasan, sebab kebebasan merupakan prasyarat agar rakyat dapat melaksanakan kedudukannya sebagai sumber kedaulatan dan sumber kekuasaan. Kebebasan harus diwujudkan bagi setiap individu rakyat. Dengan itu, mereka dapat melaksanakan kedaulatannya dan menjalankannya sendiri, serta melaksanakan haknya dengan sebebas-bebasnya tanpa ada tekanan atau paksaan. Dalam sistem demokrasi, ada empat kebebasan yang bersifat umum, yaitu: (1). Kebebasan beragama, (2).Kebebasan berpendapat, (3).Kebebasan kepemilikan, dan (4).Kebebasan berperilaku. Tulisan ini mencuba membuktikan bahwa ide-ide kebebasan yang ditawarkan oleh demokrasi tidak membawa kebaikan dan kemuliaan sama sekali, tapi justru membawa kerusakan dan kesengsaraan, terutama bagi perempuan. Memahami Kebebasan Menurut Abdul Qadim Zallum, dalam kitabnya Kaifa Hudimat al-Khilafah (terj.) hal. 65, pengertian kebebasan umum adalah : kebebasan yang dimiliki setiap orang untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Dari definisi ini, maka menurut Abdul Qadim Zallum, dalam kitabnya Demokrasi Sistem Kufur (terj.) hal. 79, kebebasan bertingkahlaku didefinisikan sebagai kebebasan untuk lepas dari segala macam ikatan, dan kebebasan untuk melepaskan diri dari setiap nilai keruhanian, akhlak, dan kemanusiaan. Kebebasan bertingkahlaku juga berarti kebebasan untuk memporak-porandakan keluarga dan untuk membubarkan atau melestarikan institusi keluarga. Kebebasan ini merupakan jenis kebebasan yang telah menimbulkan segala kebinasaan dan membolehkan segala sesuatu yang telah diharamkan. Kebebasan inilah yang telah menjerumuskan masyarakat Barat menjadi "masyarakat binatang" yang sangat memalukan dan membejatkan moral individu-individunya sampai ke derajat yang lebih hina daripada binatang ternak. Kebebasan ini menetapkan bahwa setiap orang dalam perilaku dan kehidupan pribadinya berhak untuk berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya; sebebas-bebasnya, tanpa boleh ada larangan, baik dari negara atau pihak lain terhadap perilaku yang disukainya. Ide kebebasan ini telah membolehkan seseorang untuk melakukan perzinaan, homoseksual, lesbianisme, meminum khamr, dan melakukan perbuatan apa saja, dengan sebebas-bebasnya; tanpa ada ikatan atau batasan, tanpa tekanan atau paksaan. Kebebasan Yang Merusak Di antara bencana paling mengerikan yang menimpa seluruh umat manusia ialah ide kebebasan yang berlaku umum yang dibawa oleh demokrasi. Idea ini telah mengakibatkan berbagai malapetaka global serta memerosotkan harkat dan martabat masyarakat di negara-negara penganut demokrasi sampai ke derajat yang lebih hina daripada darjat segerombolan binatang. Idea kebebasan kepemilikan yang dijadikan sebagai tolok ukur perbuatan, mengakibatkan lahirnya para kapitalis yang memerlukankan bahan-bahan mentah untuk menjalankan industrinya dan memerlukankan pasar-pasar konsumtif untuk memasarkan produk-produk industrinya. Hal inilah yang telah mendorong negara-negara kapitalis untuk bersaing satu sama lain guna menjajah bangsa-bangsa yang terbelakang, menguasai harta benda mereka, memonopoli kekayaan alam mereka, sekaligus menghisap darah mereka dengan cara yang sangat bertolak belakang dengan seluruh nilai-nilai agama, akhlak dan kemanusiaan. -------------- Langkah-langkah yang dilakukan antara lain : 1. Langkah pemikiran, yaitu dengan membongkar/menjelaskan kepada masyarakat, terutama kaum perempuan, tentang kerosakan demokrasi, dan menjelaskan pula tentang hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan pengaturan sistem sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. 2. Langkah politik, bisa ditempuh dengan menekan pemerintah untuk mencabut undang-undang yang memberikan kebijakan yang salah. 3. Langkah pembinaan ketakwaan. Selain itu perlu pula dilakukan upaya untuk menanamkan ketakwaan pada individu masyarakat, termasuk kaum perempuan. 4. Langkah amar ma'ruf nahi mungkar. Juga harus ada upaya menumbuhkan amar ma'ruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat. 5. Langkah penerapan hukum Islam oleh negara. Dan yang tak boleh dilupakan, harus ada penerapan hukum Islam oleh negara Khilafah, seperti sanksi untuk lesbianisme, dan sebagainya. Penutup Jelaslah bahwa masyarakat, khususnya kaum perempuan, harus sadar agar kembali kepada hukum Islam dan membuang jauh-jauh idea-ide akebebasan demokrasi yang kufur, yang telah terbukti tidak membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi kaum perempuan, tapi justru membuat perempuan jadi rusak, bejat, dan hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan. Hanya Islam saja yang menjadi jalan keselamatan umat manusia, bukan yang lain. Wallaahu a'lam bi ash-shawab. [ ] = = = = Referensi : Al-Basyr, Muhammad bin Saud, 1995, Amerika di Ambang Keruntuhan, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar Aliansi Penulis Pro Syariah, 2007, Keadilan dan Kesetaraan Gender Tipu Daya Penghancuran Keluarga. Al-Wa'ie, No.97 Tahun IX, Edisi September, 2008. Zallum, Abdul Qadim, 2001, Demokrasi http://syabab-uridu-khilafah.blogspot.com/ | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Hukum membunuh diri | |
| |
| | | | Hukum membunuh diri | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |